Cinta Ramadhan

December 6, 2019 at 4:57 am | Posted in ILMU AGAMA | Leave a comment
Tags: , ,

Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang paling utama. Jam-jamnya adalah yang paling utama.

DEMIKIAN pesan Rasululllah dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Bagi umat Islam, kedatangan bulan suci Ramadhan, bukan sekadar rutinitas tahunan untuk menahan rasa haus dan lapar di siang hari, serta berbuka di malam hari. Namun sebagai kesadaran individual kita sebagai hamba Allah, dalam memaknai arti cinta kita terhadap Allah. Cinta kepada Allah, berarti cinta hamba-Nya pada bulan Ramadhan yang penuh dengan rahmah dan maghfirah ini. Untuk itu, sudah selayaknya kita menyambut Ramadhan dengan perasaan rindu, cinta, dan suka cita. Saatnya untuk lebih mndekatkan diri kepada Allah.

Sebab, tanpa rasa rindu dan cinta, mustahil kita bisa memasuki bulan suci ini dengan segenap jiwa dan kerelaan untuk berkorban, baik secara lahir maupun batin. Dengan rindu dan cinta pula, kita bisa menaruh harapan dan cita-cita. Bukankah jika kita merindukan dan mencintai sesuatu, kita siap berkorban apa pun untuk memiliki yang kita cintai itu?

Tanpa rasa rindu dan cinta dari lubuk hati yang paling dalam, mustahil kita dapat “memadu kasih” dengan jiwa kita pada bulan Ramadhan ini, kecuali pada cinta yang lahiriah saja yang bisa kita nikmati. Padahal, Allah telah menempatkan bulan Ramadhan yang agung itu, sebagai sarana bagi kita untuk mereguk sepuas-puasnya nikmat-Nya. Maka atas dasar itu pula, Allah menyuruh hamba-hamba-Nya, untuk merindui dan mencintai bulan Ramadhan, karena di bulan inilah kita bisa memohon segala pengharapan pada Allah sesuai dengan firman Allah, “Dan Tuhanmu menciptakan apa saja yang dikehendaki dan memilih apa yang dikehendaki,” (Al-Qashash:68).

Allah memilih bulan Ramadhan untuk menurunkan Alquran guna mendidik jiwa kita jahiliyah. Allah juga memilih bulan Ramadhan untuk mempersatukan umat Islam dalam satu kesetaraan baik dalam waktu berpuasa dan berbuka. Di malam-malam yang panjang di bulan Ramadhan, Allah lebih menyukai hamba-Nya yang khusyuk beribadah, melantunkan ayat-ayat suci Alquran, dan mengerjakan ibadah sunat lainnya. Di bulan Ramadhan pula, orang kaya dan miskin tidak ada bedanya, sama-sama merasakan rasa lapar dan haus. Sama merintih dan menderita untuk akhirnya meraih buah kemanisan.

Ramadhan juga sebagai wahana interaksi kita sebagai hamba-Nya dalam menjalin komunikasi dengan Allah. Dalam Alquran, tujuan puasa untuk menggembleng dan menggodok jiwa-jiwa agar menjadi manusia yang bertakwa (QS al-Baqarah: 183). Karena ibadah puasa yang kita kerjakan selama sebulan penuh, berfungsi sebagai landasan kuat agar terbentuk nilai taqwa. Kesadaran tersebut akan sangat menonjol pada orang yang berpuasa dengan rasa rindu dan cinta. Karena dengan adanya iman dan taqwa, kita akan merasakan Allah lebih dekat dengan kita. Sebagaimana Allah sebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (al-Baqarah: 183). Jika kita sudah dekat dengan Allah, maka apa pun perbuatan mungkar yang ingin kita lakukan, dengan sendirinya akan tercegah. Karena kita takut dengan pengawasan langsung dari Allah.

Seandainya nilai-nilai iman dan taqwa ini dapat kita terapkan dalam setiap nafas kehidupan kita sehari-hari, maka betapa indahnya kehidupan yang kita jalani ini. Cinta Ramadhan adalah cinta sejati hamba-Nya terhadap Allah. Karena pada bulan itu Allah memanggil semua hamba-Nya untuk menuju hakikat kehidupan yang sesungguhnya dengan membangun kesadaran agar tidak melakukan hal-hal yang dapat mengotori jiwa. Kita bukan saja disuruh berpuasa makan dan minum, namun juga diperintahkan menahan mata dan telinga kita dari melihat dan mendengar yang tidak baik, dengan berpuasa, kita dididik menahan nafsu untuk melakukan jimak pada siang hari. Juga berpuasa bicara untuk tak menggunjing dan memfitnah orang lain.

Jalaluddin Rumi dalam salah satu syairnya mengatakan, “Bagaimanakah keadaan sang pecinta? Jika kamu seperti aku, maka kamu akan tahu ketika Dia memanggilmu, maka kamu pun akan memanggil-Nya.” Cinta yang ditawarkan seorang Jaluluddin Rumi tak hanya sekadar cinta layaknya antar manusia berlainan jenis. Yang jika sudah memiliki yang diinginkan, maka berakhir sudah pengorbanannya untuk yang dicintainya. Namun cinta yang dimaksud Jaluluddin di sini adalah cinta antara seorang hamba dengan Sang Penciptanya. Yang mana cinta sang hamba tak akan pernah luntur dan berakhir digerus ombak, sebelum dia menggapai keimanan dan ketaqwaan sesempurna mungkin guna meraih makrifat Allah.

Cinta bertemu dengan Ramadhan, berarti cinta bertemu dengan Allah. Maka jelaslah di sini, bahwa Allah juga akan membukakan pintu rahmat dan maghfirahnya seluas langit dan bumi. Pada bulan Ramadhan pintu neraka dikunci, dan pintu surga dibentangkan buat sang pecinta. Maka, pecinta sejati tak kan membiarkan bulan “cinta” ini berlalu begitu saja tanpa makna. Rasululllah bersabda, “Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barang siapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.”  (HR. Bukhari)

Maka sudah selayaknya kita memberikan apresiasi yang tinggi pada momen pertemuan pada bulan Ramadhan ini. Bahkan dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali mengatakan, “Adalah sebuah kebohongan besar jika seseorang mencintai sesuatu, namun dia tidak memiliki kecintaan pada yang dicintainya itu.” Dan bukti cinta inilah yang diperlihatkan Nabi Ibrahim, ketika Allah memerintahkan padanya untuk mengorbankan Ismail sang buah hatinya kepada Allah.

Masihkah kita menyia-nyiakan cinta Allah pada kita? Padahal begitu besar kasih sayang Allah pada kita hamba-Nya? Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaibi mengatakan, “Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dengan menurunkan Alquran di dalamnya. Maka Allah pada Bulan Ramadhan, mengkhususkan dengan suatu ibadah yang sangat besar nilainya yaitu puasa. Puasa itu suatu senjata yang dapat menyingkap tabir-tabir yang menghalangi kita memandang Nur Ilahi Yang Maha Kudus,” ungkapnya.

Maka, manakala cinta telah bersemi di hati, jangan biarkan dia mengecewakan kita. Datanglah dan ketuklah pintu hatinya. Belum tentu tahun depan kita bakal bersua kembali. Marhaban ya Ramadhan.

oleh: Halim Mubary

[serambinews.com]

Leave a Comment »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.